Akhir-akhir ini masyarakat hampir di seluruh dunia tengah dihebohkan dengan kabar kiamat yang akan terjadi pada tahun 2012 yang berasal dari ramalan bangsa Maya kuno tentang akhir zaman yang akan jatuh pada 21 Desember 2012, akhir siklus kalender bangsa itu. Dahsyatnya isu tersebut mendorong banyak ilmuwan untuk lebih meneliti kebenarannya. Bahkan seorang sutradara, Roland Emmerich membuat sebuah film tentang bencana alam yang amat sangat sadis yang akan menghancurkan seluruh dunia pada tahun 2012.
Mengenai kabar ini banyak para ilmuwan maupun para ahli mengeluarkan buku tentang apa yang sebenarnya akan terjadi pada tahun 2012 nanti. Para penulis menafsirkan bahwa ramalan bangsa Maya Kuno itu sebagai hari kiamat. Mereka yakin karena pada tahun tersebut akan terjadi badai matahari. Badai itu disebabkan oleh flare atau ledakan di atmosfer matahari yang melontarkan partikel atomik yang menyerupai jilatan api dan mengandung medan magnet. Bila sampai ke bumi, pancaran partikel ini dapat mempengaruhi medan magnet bumi dan mengganggu frekuensi radio. Berdasarkan perhitungan mereka, besar badai tersebut akan terus bertambah saat matahari mencapai siklus maksimunya yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2012. Benarkah akan terjadi kiamat seperti yang bangsa Maya Kuno ramalkan atau hanya bencana yang amat sangat dahsyat yang akan menghancurkan bumi dengan segala isinya??
Seorang peneliti utama astronomi dan astrofisika di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional yaitu Thomas Djamaluddin, menilai bahwa pengaitan kiamat dan terjadinya badai matahari pada tahun tersebut sama sekali tidak berdasar. Ia mengatakan bahwa badai matahari tersebut merupakan peristiwa biasa yang memiliki siklus sebelas tahun. Perulangan tersebut akan terjadi antara tahun 2012-2013 nanti soalnya terjadi pergeseran siklus. Menurut Dhani Herdiwijaya, seorang ahli matahari dari Institut Teknologi Bandung apabila ledakan tersebut tidak terjadi pada tahun 2012 maka akan bergeser ke semester pertama tahun 2013. Dhani mengutip perkiraan siklus badai matahari dari National Oceanic an Atmospheric Administration, suatu lembaga pemantau cuaca milik Amerika serikat. Lembaga ini menyatakan bahwa siklus ledakan matahari tersebut akan mencapai puncaknya pada bulan Mei tahun 2013. Bahkan, Dhany pun memprediksikan ada kemungkinan saat puncak siklus tersebut aktivitas matahari justru akan lebih rendah dibanding saat siklus sebelumnya.
Sedangkan menurut Thomas badai matahari tersebut sebenarnya dapat terjadi kapan saja. Siklus sebelas tahun itu ditandai dengan frekuensi aktivitas yang meningkat tajam yang diindikasikan dengan bermunculannya bintik matahari dalam jumlah yang banyak hal tersebut menandakan terjadinya pergolakan di permukaan benda langit itu. Saat kondisi puncak terjadi bukan berarti setiap hari terjadi ledakan di matahari, palingan hanya terjadi satu hari sekali, kemudain berselang 2-3 hari lagi baru terjadi ledakan lagi. Namun, ada hal yang perlu diingat bahwa bila frekuensi ledakan lebih banyak bukan berarti intenditas ledakannya juga paling tinggi. Justru seringnya intensitas ledakan atau badai matahari terjadi justru setelah puncak kejadiannya telah berlalu.
Oleh para astronom siklus badai matahari itu diberi nomor untuk memudahkan dalam pengenalan. Misalnya, siklus yang akan terjadi tahun 2012-2013 diberi nomor 24 karena pada saat masih kata Thomas belum tentu intensitas ledakan paling kuatnya terkjadi pada tahun itu juga, tapi bisa saja sebelum atau sesudah puncak siklus tersebut. Ia mencontohkan siklus 23 puncak badai matahari yang terjadi pada tahun 2000. ledakan yang terbesarnya justru terjadi tiga tahun setelahnya yaitu pada rentang bulan Oktober-November tahun 2003. Pada saat itu memang terjadi badai matahari yang sangat kuat yang menyebabkan komunikasi sejumlah satelit terganggu.
Masih menurut Thomas, sebuah badai matahari itu baru akan membahayakan apabila ledakannya mengarah ke bumi karena saat itu bukan hanya satelit yang mengangkasa di orbit bumi saja yang terganggu namun bumi pun akan terkena dampaknya. Pada saat ledakan matahari mengarah ke bumi, partikel berenergi tinggi yang ikut terlontar menyusup masuk ke bumi mengikuti arah medan magnet bumi dari kutub utara dan menyebar memasuki atmosfer. Kejadian seperti itu pernah dilaporkan pada saat siklus 22 pada tahun 1989. Pada saat itu, transformator (trafo) pembangkit listrik di Quebec, Kanada, terbakar dan tidak lama kemudian listrik yang memasok kebutuhan utnuk 6 juta penduduk di sana padam selama 9 jam.
Hal tersebut dapat terjadi karena partikel matahari menyebabkan induksi pada trafo. Induksi atau peningkatan muatan listrik secara tiba-tiba membakar trafo dengan dahsyatnya sehingga jaringan listrik mati total. Sejauh ini belumada laporan yang lain dari pengaruh badai matahari tersebut pada alat-alat elektronik kecuali trafo listrik.
Berdasarkan penjelasan dari Thomas penyusupan partikel matahari itu paling banter hanya mampu memasuki wilayah bumi yang berada di lintang tinggi yaitu diatas 60 derajat. Pada kondisi yang ekstrem, trafo listrik di negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Kanada, dan Rusia bakal terancam langsung oleh induksi akibat partikel dari ledakan matahari tersebut. Untuk Indonesia sendiri yang terletak di di wilayah lintang menengah belum pernah terjadi pengaruh langsung dari partikel itu. Kalaupun itu terjadi, terjadinya pada satelit milik Indonesia , itupun kalau operator satleit kita tidak mengantisipasinya
Sekarang kasus ledakan matahari telah menjadi perhatian seluruh dunia. Sejumlah satelit telah diluncurkan khusus untuk mengamati ledakan matahari. . Informasi tentang ledakan matahari juga telah disebar secara terbuka di internet, sehingga operator satelit dapat segera mengendalikan satelitnya pada posisi stand-by, kondisi minimum untuk menekan dampak dari badai matahari.
Selain siklus sebelas tahun terdapat juga siklus 100 tahunan atau siklus Gleisberg, yaitu salah satu siklus panjang dari aktivitas matahari. Siklus ini ditandai dengan terjadinya penurunan aktivitas matahari sampai kondisi minimumnya. Nah, pada saat siklus minimum itulah terjadi pendinginan global. Dengan minimnya aktivitas matahari, maka secara teoritis pancaran energinya yang diterima oleh bumi juga pasti akan menurun sehingga dengan begitu akan memicu pendinginan global dan bumi akan mengalami “zaman es kecil”. Ternyata bumi ini pernah mengalaminya pada awal tahun 1800-an yang pada saat itu sampai-sampai sunagu Tharmes di Inggris membeku.
Dhani mengatakan bahwa kemungkinanpada saat terjadi puncak siklus yang rendah ini akan membawa bumi kembali ke awal abad ke-19 dimana saat aktivitas matahari rendah. Kondisi akan lebih menyergap daerah-daerah yang berlintah tinggi. Daerah-daerah yang berada di ekuator seperti Indonesia juga tetap aku terpengaruh namun hanya terpengaruh akibat ketidakseimbangan temperatur di belahan bumi utara dan selatan. Kondisinya juga tidak terlalu parah.
Tuh kan , sekarang kita sudah tau kebenarannya. Tahun 2012-2013 tuh ternyata bukan akan terjadi kiamat yang seperti di gembar-gemborkan melainkan akan terjadi siklus badai matahari yang ternyata juga efeknya tidak seheboh yang digambarkan dalam film maupun kata orang-orang awam. Jadi, yang perlu dilakukan hanyalah mengambil langakah antisipasi agar dampak dari badai matahari tersebut dapat dihindari atau paling tidak diminimalisir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar